Kematian, Keikhlasan, dan Pertolongan Allah – Tafsir Surah Ali ‘Imran Ayat 145–151
Kematian, Keikhlasan, dan Pertolongan Allah – Tafsir Surah Ali ‘Imran Ayat 145–151
بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
الحمدُ للهِ الذي بنعمته تتمُّ الصالحات، والصلاةُ والسلامُ على نبيِّنا محمدٍ، وعلى آلهِ وصحبِهِ أجمعين.
Pendahuluan
Kajian kali ini merupakan lanjutan dari pembahasan Tafsir Al-Muyassar yang disampaikan oleh Al-Ustadz Asri Abu Yahya hafizhahullah di Masjid Luqmanul Hakim, Antang – Makassar.
Dalam sesi ini, beliau menjelaskan ayat-ayat dari Surah Ali ‘Imran (ayat 145–151), yang berbicara tentang ketetapan ajal dan rezeki, bahaya beramal karena dunia, keikhlasan dalam jihad, serta pertolongan Allah kepada orang-orang yang beriman dan sabar.
Ayat-ayat ini turun setelah peristiwa Perang Uhud, ketika sebagian kaum muslimin diuji dengan kekalahan dan syahidnya para sahabat. Allah menurunkan ayat-ayat ini untuk meneguhkan hati orang beriman agar tidak lemah, tidak goyah, dan tidak tertipu oleh dunia.
Penjelasan Ayat dan Makna Tafsir
1. Kematian Telah Ditetapkan – Tidak Bisa Dipercepat atau Diperlambat
Allah berfirman:
﴿ وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللَّهِ كِتَابًا مُؤَجَّلًا ﴾
“Tidak ada satu jiwa pun yang dapat mati melainkan dengan izin Allah, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.”
(Ali ‘Imran: 145)
Ayat ini menegaskan bahwa kematian adalah takdir Allah yang tidak bisa dihindari. Siapa pun, di mana pun, tidak akan mati sebelum tiba waktunya.
Sebagaimana firman Allah dalam ayat lain:
﴿ أَيْنَمَا تَكُونُوا يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ ﴾
“Di mana pun kamu berada, kematian akan mendapatkanmu, meskipun kamu berada di benteng yang tinggi dan kukuh.”
(An-Nisa: 78)
Jadi, kekalahan, kemenangan, atau keselamatan seseorang tidak lepas dari izin Allah. Tugas seorang mukmin bukanlah khawatir akan ajalnya, tetapi memastikan ia mati dalam keadaan beramal ikhlas karena Allah.
2. Amal yang Diniatkan Dunia Akan Gugur di Sisi Allah
Masih dalam ayat yang sama, Allah menyebutkan:
﴿ وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَنْ يُرِدْ ثَوَابَ الْآخِرَةِ نُؤْتِهِ مِنْهَا وَسَنَجْزِي الشَّاكِرِينَ ﴾
“Barang siapa menghendaki balasan dunia, Kami akan berikan sebagian darinya; dan barang siapa menghendaki balasan akhirat, Kami akan berikan kepadanya, dan Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
(Ali ‘Imran: 145)
Ayat ini menjadi peringatan keras bagi setiap hamba agar tidak menjadikan amal akhirat sebagai sarana dunia.
Seorang yang shalat, mengajar, atau berjuang karena ingin dikenal, dipuji, atau dihormati — maka amalnya gugur di sisi Allah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
“Sesungguhnya amalan itu tergantung pada niatnya, dan setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan niatnya.”
(HR. Bukhari & Muslim)
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata:
“Ikhlas adalah memurnikan tujuan agar semua amal hanya untuk Allah semata, tidak dicampuri pandangan manusia.”
Maka, keikhlasan adalah kunci diterimanya amal, sementara riya dan sum’ah adalah penyakit yang membinasakan amal baik.
3. Keteladanan Para Nabi dan Orang-Orang Saleh dalam Kesabaran
Allah berfirman:
﴿ وَكَأَيِّن مِّن نَّبِيٍّ قَاتَلَ مَعَهُ رِبِّيُّونَ كَثِيرٌ فَمَا وَهَنُوا لِمَا أَصَابَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَمَا ضَعُفُوا وَمَا اسْتَكَانُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ ﴾
“Dan betapa banyak nabi yang berperang bersama sejumlah besar orang-orang saleh; mereka tidak lemah karena musibah yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak patah semangat, dan tidak menyerah. Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar.”
(Ali ‘Imran: 146)
Para nabi dan pengikut mereka menjadi teladan tertinggi dalam kesabaran dan keteguhan hati. Mereka tidak mengeluh ketika terluka, tidak goyah ketika diuji, dan tidak menyerah meskipun jumlah mereka sedikit.
Doa mereka pun diabadikan oleh Allah dalam Al-Qur’an:
﴿ رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ ﴾
“Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami, pelanggaran kami dalam urusan kami, kokohkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.”
(Ali ‘Imran: 147)
Allah pun memberikan balasan atas kesabaran mereka:
﴿ فَآتَاهُمُ اللَّهُ ثَوَابَ الدُّنْيَا وَحُسْنَ ثَوَابِ الْآخِرَةِ ﴾
“Maka Allah memberi mereka pahala di dunia dan pahala yang baik di akhirat.”
(Ali ‘Imran: 148)
Ini menunjukkan bahwa pertolongan Allah selalu bersama orang-orang yang bersabar dan berbuat ihsan.
4. Larangan Tertipu dan Bergantung pada Orang Kafir
Allah memperingatkan:
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تُطِيعُوا الَّذِينَ كَفَرُوا يَرُدُّوكُمْ عَلَى أَعْقَابِكُمْ فَتَنقَلِبُوا خَاسِرِينَ ﴾
“Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menaati orang-orang kafir, niscaya mereka akan mengembalikanmu ke belakang (murtad), lalu kamu menjadi orang yang rugi.”
(Ali ‘Imran: 149)
Kaum mukminin dilarang mengikuti jalan dan pemikiran orang kafir, karena mereka tidak akan rela hingga umat Islam meninggalkan agamanya.
Allah berfirman:
﴿ بَلِ اللَّهُ مَوْلَاكُمْ وَهُوَ خَيْرُ النَّاصِرِينَ ﴾
“Bahkan Allah-lah Pelindungmu, dan Dia sebaik-baik penolong.”
(Ali ‘Imran: 150)
Dan Allah menegaskan janji kemenangan:
﴿ سَنُلْقِي فِي قُلُوبِ الَّذِينَ كَفَرُوا الرُّعْبَ بِمَا أَشْرَكُوا بِاللَّهِ مَا لَمْ يُنَزِّلْ بِهِ سُلْطَانًا ﴾
“Kami akan menanamkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir, karena mereka mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang tidak diturunkan keterangan tentangnya.”
(Ali ‘Imran: 151)
Allah menolong kaum mukmin bukan karena jumlah atau senjata, tapi dengan rasa takut yang Allah tanamkan di hati musuh. Inilah bentuk pertolongan ghaib yang hanya Allah mampu berikan kepada hamba-hamba-Nya yang bertauhid dan bersabar.
Faedah dan Pelajaran dari Ayat
• Kematian dan rezeki telah ditetapkan; manusia tidak dapat menundanya walau sesaat.
• Amal harus diniatkan semata-mata karena Allah; amal duniawi tidak bernilai di akhirat.
• Keikhlasan adalah inti ibadah, dan riya adalah penyakit yang membatalkan pahala.
• Kesabaran dan keteguhan hati merupakan sebab datangnya pertolongan Allah.
• Para nabi dan pengikutnya menjadi contoh dalam menghadapi ujian dengan iman dan doa.
• Pertolongan Allah tidak bergantung pada jumlah, tetapi pada tauhid dan ketaatan.
• Allah mencintai orang-orang yang sabar dan memberi pahala di dunia serta akhirat.
Penutup
Dari ayat-ayat ini, kita belajar bahwa hidup dan mati berada di tangan Allah.
Seorang mukmin sejati beramal bukan karena dunia, tapi karena mengharap wajah Allah semata.
Kemenangan dan kekalahan hanyalah bagian dari ujian iman; yang penting adalah keikhlasan, kesabaran, dan istiqamah di jalan Allah.
Semoga Allah menjadikan kita termasuk golongan orang yang sabar, ikhlas, dan teguh dalam menegakkan agama-Nya.
اللهم اجعلنا من عبادك المخلصين الصادقين، وثبّت قلوبنا على دينك، ووفّقنا لما تحبّ وترضى.
آمين يا رب العالمين.
Diringkas dari Kajian Rutin [Ustadz Asri Abu Yahya]
Masjid Luqmanul Hakim Antang – Makassar
[Tafsir Al Muyassar – Surah Ali ‘Imran ayat 145–151]